Jumat, 20 Februari 2009

taman baca anak

TAMAN BACA ANAK DAN PERANANNYA DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA ANAK SEJAK USIA DINI

Miftahul Aripin

Abstrak

Melihat rendahnya minat baca masyarakat indonesia sekarang ini, telah menumbuhkan Kepedulian masyarakat dikalangan tertentu untuk ikut meningkatkan kualitas generasi muda masa depan. Bentuk kepedulian ini dapat kita dilihat dengan munculnya berbagai lembaga baru atau instansi-instansi yang bergerak dalam bidang informasi, seperti halnya taman baca anak ini. Taman baca anak merupakan salah satu wujud kepedulian masyarakat terhadap masa depan bangsa, yaitu dengan mendidik sedini mungkin anak-anak generasi muda untuk senang membaca. Taman baca yang memang telah dirancang menjadi sebuah lembaga yang dapat memfasilitasi anak-anak usia dini untuk senang membaca, berperan serta dalam membantu mewujudkan cita-cita bangsa dalam mencerdaskan generasi mudanya. Selain perpustakaan, yang memang jelas-jelas bergerak dalam bidang informasi sejak berabad-abad yang lalu, taman baca anak muncul dengan visi dan misi yang sama yaitu menjadi salah satu sarana untuk mencari dan menggali sumber informasi khsusnya bagi anak-anak.

Kata kunci: Minat Baca, Taman Baca, Anak-Anak

1. Pendahuluan

Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa berada dipundak generasi muda bangsa tersebut. Semakin baik generasi mudanya, maka semakin besar pula kesempatan bangsa untuk maju dan bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Begitu pula sebaliknya, semakin buruk generasi muda suatu bangsa, maka kehancuran dan keterbelakanganlah yang akan dialami oleh bangsa tersbut.

Membaca yang merupakan pekerjaan yang membosankan bagi sebagian orang, akan menjadi sesuatu yang penting dan sangat berharga bagi sebagian yang lain. Masyarakat yang tahu tentang arti penting membaca, akan selalu berusaha meluangkan waktu untuk membaca. Membaca yang didalamnya tersimpan makna yang besar, yaitu dengan membaca seseorang akan membuka jendela dunia, artinya seseorang yang membaca dapat mengetahui berbagai kejadian atau informasi yang terjadi diseluruh dunia.

Minat masyarakat indonesia terhadap membaca sangatlah rendah bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Meskipun pada tahun 1993 Unesco sudah menyatakan bahwa masyarakat indonesia sudah dinyatakan bebas buta huruf yang waktu itu dicatat 84% masyarakat indonesia sudah dapat membaca[1]. Melihat data yang begitu besar, hal itu tidak berarti bahwa seluruh masyarakat indonesia yang sudah bisa membaca meningkat pula minat bacanya. Banyak dari mereka tidak berantusias untuk mendapatkan informasi, terutama informasi dalam bentuk tertulis.

2. Pembahasan

2.1 Minat dan budaya baca

Minat seseorang terhadap sesuatu adalah kecederungan hati yang tinggi, gairah atau keinginan seseorang tersebut terhadap sesuatu. Sedangkan budaya adalah pikiran atau akal budi yang tercermin di dalam pola pikir sikap, ucapan dan tindakan seseorang di dalam hidupnya.[2] Minat seseorang terhadap sesuatu akan tinggi apabila sesuatu itu memberikan ketertarikan tersendiri dan dianggap dapat memberikan kepuasan kepada orang tersebut. Minat baca masyarakat indonesia sangat rendah, hal itu dapat disebabkan karena kebanyakan masyarakat menganggap bahwa membaca buku atau sejenisnya merupakan suatu pekerjaan yang sangat membosankan, artinya masyarakat sama sekali tidak memiliki ketertarikan terhadap bahan bacaan tersebut. Mereka lebih memilih untuk mengisi waktu luang dengan pekerjaan-pekerjaan yang tidak ada nilainya sama sekali, misalnya mengobrol yang tidak perlu, nonton TV sampai larut malam, atau hanya sekedar tidur-tiduran saja. Mereka tidak sadar bahwa dengan membaca, itu memberikan manfaat yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan hal-hal seperti disebutkan di atas. Dengan membaca seseorang akan bertambah wawasan, pengalaman, ilmu pengetahuan dan pelajaran yang tidak terhingga.

Apabila melihat sejarah manusia, khsusnya umat islam membaca merupakan sesuatu pekerjaan yang sudah menjadi kewajiban dan memang sudah ada dasar perintahnya. Hal itu telah ditunjukan pertama kali oleh Rasulullah SAW. Bahwa pada saat itu ketika Rasulullah menerima wahyu yang pertama kali, isi perintahnya ialah anjuran untuk membaca, yang dalam bahasa arab berbunyi iqra’ yang berarti bacalah. Makna kata iqra’ disini memiliki pengertian yang sangat luas, yang merupakan bentuk perintah yang menganjurkan bahwa manusia di dalam mencari dan menggali ilmu pengetahuan itu diantaranya dengan metode membaca.

Mengenai minat baca masyarakat indonesia, telah dilakukan berbagai penelitian. penelitian yang banyak dikutip di berbagai artikel surat kabar (sebagai contoh lihat Baderi, 2005) adalah Asosiasi Internasional untuk Evaluasi Pendidikan10 pada tahun 1992, yang menemukan, dari 30 bangsa di mana mereka mengukur kemampuan membaca murid-murid sekolah dasar, Indonesia berada di posisi 29. Laporan lainnya adalah laporan Bank Dunia “Masa krisis hingga masa pemulihan pendidikan di Indonesia”11 dari tahun 1998, yang menunjukkan kemampuan membaca murid-murid sekolah dasar di Indonesia adalah yang paling rendah di bandingkan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Ada juga referensi yang sangat sering disebutkan yang menyatakan minat baca di Indonesia sangat rendah. Dan membaca sangat diperlukan untuk kemajuan, sebagai contoh membaca untuk mencerdaskan bangsa dan keluar dari kebodohan dan ketertinggalan.[3]

Begitu pula apabila dilihat dari sisi budaya bacanya. Kebudayaan dapat tercipta apabila suatu masyarakat mengawalinya dari sesuatu yang sering atau biasa dilakukan sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan atau budaya.[4] Budaya akan baik apabila di awal pembentukannya juga baik. Budaya membaca yang tercipta di indonesia merupakan budaya baca yang kurang terbentuk dengan baik. Hal itu dapat diindikasikan dengan masih banyaknya anak-anak generasi muda yang malas untuk membaca dan lebih suka mengisi waktu bermainnya dengan bermain games, nonton TV, dan banyak permainan lainnya . Kebiasaan buruk orang-orang tua di masa lalu, telah menjadi panduan yang susah untuk dihilangkan dan dirubah. Kebiasaan ini akan terus menerus berjalan apabila tidak ada peran serta dari orang tua, masyarakat serta pemerintah yang menganjurkan dan mengajak anak-anak untuk gemar membaca. Salah satu bukti bahwa masih adanya orang-orang yang peduli terhadap masa depan bangsa yaitu berdirinya lembaga-lembaga informasi yang berorientasi dalam mengajak anak-anak untuk lebih gemar membaca, salah satunya ialah taman baca.

2.2 Peran dan Tujuan Taman Baca

Taman baca, perpustakaan, atau rumah baca merupakan salah satu lembaga informasi yang ikut berperan penting dalam memajukan minat baca masyarakat indonesia, khsusnya anak-anak. Rendahnya minat baca anak-anak dan susahnya mengakses terhadap buku karena ketidakmampuan membeli serta langkanya perpustakaan yang menyediakan koleksi buku anak, menggugah hati para suka relawan untuk ikut memberikan perhatian yang besar terhadap masa depan anak yang diwujudkan dengan membangun taman bacaan-taman bacaan anak dengan model dan gaya tersendiri.

Dalam ikut meningkatkan minat baca masyarakat, Pada tahun 2005, sekali lagi pemerintah melibatkan diri dalam TBM. Mereka melihat antusiasme yang besar dari TB mandiri, tapi mereka memiliki pandangan tersendiri, yaitu: TBM belum berhasil menjalankan fungsinya sebagai tempat meningkatkan minat baca dan budaya baca masyarakat khususnya aksarawan baru dikarenakan berbagai faktor. Faktor penyebab antara lain: pengelola TBM kurang kreatif, kurang terampil, kurang berdedikasi, sehingga keinginan masyarakat untuk membaca dan memanfaatkan TBM belum kuat.[5]

Menurut data yang diperoleh badan direktori TBM, perhatian pemerintah profinsi terhadap eksistensi taman baca masyarakat (TBM) telah ada sejak beberapa tahun ke belakang. hal ini dapat dilihat yaitu pada tahun 2005 jumlah total TBM yang dibantu adalah 1079 buah, 1014 dari jumlah tersebut masing-masing menerima sebesar 4 juta rupiah, 30 TBM masing-masing menerima sebesar 10 juta rupiah, 25 TBM masing-masing menerima sebesar 20 juta rupiah, 10 TBM sisanya masing-masing menerima sebesar 50 juta rupiah. Di tahun 2006, jumlah total TBM yang dibantu 478, 383 TBM menerima masing-masing 10 juta rupiah, 70 TBM menerima masing-masing 25 juta rupiah, dan 25 TBM menerima masingmasing 50 juta rupiah. Sebagai tambahan dari jumlah-jumlah di atas, terdapat 367 TBM lain yang masing-masing diberi 10 juta rupiah di akhir tahun 2006.[6]

Kepedulian terhadap TBM baik dari masyarakat maupun pemerintah telah melahirkan Taman baca anak yang memang dirancang untuk anak-anak usia dini. Taman baca anak bertujuan merangsang anak-anak agar gemar membaca. Menggunakan metode dan penyampaian yang berbeda dengan perpustakaan pada umumnya, taman baca anak berusaha menarik perhatian anak-anak dengan menggunakan metode dan penyampaian informasi yang unik. Penyampaian Informasi yang diracik sedemikian rupa seperti dalam bentuk gambar, cerita yang lucu, komik, film anak, dan tempat yang disesuaikan dengan dunia anak, diharapkan dapat menggugah tingkat imajinasi anak untuk dapat memahami informasi yang ingin disampaikan oleh pihak taman baca tersebut. Dan seterusnya secara otomatis akan menjadikan anak ingin selalu mengetahui informasi-informasi baru yang harus disalurkan salah satunya dengan membaca.

2.3 Penutup

Dari pembahasan di atas kita bisa menyimpulkan bahwa taman baca anak adalah sebuah lembaga informasi yang didirikan semata-mata semata-mata bertujuan untuk mengajak dan merangsang anak-anak yang masih berusia dini untuk gemar membaca.

Adanya kekreatifan dari para pengelola di dalam membentuk taman baca anak baik dari segi gaya maupun modelnya menjadi modal utama yang diharapkan dapat menarik minat anak-anak usia dini untuk selalu mengisi waku bermainnya dengan membaca. Suatu Harapan besar, taman baca anak kelak akan menjadi salah satu lemabaga informasi yang dapat mengubah budaya masyarakat bangsa indonesia yang sebelumnya malas membaca menjadi senang membaca. Apabila ada kerjasama orang tua, masyarakat, dan pemerintah, tidak mustahil harapan itu dapat benar-benar tercapai.



[1] Dikutip dari jurnal perpustakaan dan informasi (Fihris)hal 2 penulis umar sidik

[2] Sutarno, Perpustakaan Dan Masyarakat, (2003, hal: 19)

[3] HĂ„klev, Stian. Mencerdaskan Bangsa – Suatu Pertanyaan Fenomena Taman Bacaan Di Indonesia. (Sebuah tesis) untuk informasi lebih lengkap buka di situs http://creativecommons.org/licenses/by/3.0/

[4] Sutarno, Perpustakaan Dan Masyarakat, (2003, hal: 19)

[5] Sujana, 2003, dikutip dari Direktori TBM Tahun 2007, 2007, hal. 7

[6] Direktori TBM Tahun 2007, 2007, hal. 9-10

2 komentar: